Sehelai Kain Batik Menjadi Devisa Negaraku

PENDAHULUAN
Sejarah perkembangan batik kita tidak lepas dari pengaruh masyarakat dahulu, sebagaimana diteliti, batik Indonesia berhubungan erat dengan kerajaan Majapahit. Batik Indonesia mulai berkembang pada abad ke-18 dan 19, yang mula-mulanya berkembang di pulau Jawa.Mulanya batik itu hanya berkembang di linkungan keraton saja, yang dikerjakan dan digunakan oleh warga di lingkungan keraton saja. Lama-kelaman batik meluas sampai keluar dari lingkungan keraton, yang menjadi pekerjaan wanita rumah tangga untuk mengisi waktu senggang mereka.akhirnya batik yang dulunya hanya digunakan oleh masyarakat keraton, Setelah itu meluas dan digunakan oleh seluruh masyarakat.Tahap perkembangan batik di indonesia pun melalui beberapa tahap yaitu tahap pertama pada zaman majapahi, zaman penyebaran islam, munculnya pembatikan di Indonesia, pembuatan batik diluar jawa, dan sampai batik dikenal oleh dunia internasional.
   

PEMBAHASAN

1  Pengaruh masyarakat terhadap batik sebelum batik menjadi budaya Internasional
Batik adalah warisan budaya khas Indonesia. Sejarah keberadaannya dan pertumbuhan tidak dapat dibantah. Batik telah ada sejak zaman kerajaan Majapahit dan kemudian memperluas tepat di masa kerajaan Mataran, Solo, dan Yogyakarta. Tidak hanya di Jawa, batik juga telah tumbuh dan berkembang di Pulau Sumatera. Selain itu, pengakuan UNESCO pada 2 Oktober  2009, bahwa batik adalah asli dan tidak berwujud warisan budaya Indonesia telah mencabut klaim Malaysia. Sebagai pewaris batik dan pemilik. Lebih dari sekedar warisan budaya, batik juga telah menjelma menjadi industri dengan kontribusi tinggi terhadap perekonomian nasional. Selain itu, jumlah tenaga kerja dalam kelompok industri (TPT) adalah 1,62 juta orang memang. Nilai ekspor batik bahkan mencapai US $ 32.280.000 pada tahun 2008, dan US $ 10.860.000 dalam tiga bulan pertama tahun 2009.
Kata kuncinya kelalaian. Kita lalai tidak mengenal budaya sendiri, alih-alih mengurus hak kekayaan intelektual dan hak cipta. Sementara Malaysia, yang bangga atas kemajuan ekonomi, bermasalah ketika tidak memiliki identitas budaya. Padahal sebuah bangsa menjadi besar jika memiliki identitas yang kuat. Untuk menghindarkan klaim negara lain terhadap produk budaya nasional, Indonesia perlu segera mematenkannya di lembaga internasional. Kalau lalai, negara lain seperti Malaysia akan mengklaimnya sebagai produk budaya mereka. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya urgensi dan proaktifnya pendataan dan perlindungan hak cipta atas karya pribadi dan hak paten atas karya manual. Kalau kita lalai tidak hanya budaya kekayaan budaya hilang, bahkan berakibat buruk hilangnya identitas budaya kita. Dilihat dari sisi ketersediaan bahan baku sutera,  jumlahnya masih kurang dari permintaan pasar. Selain itu, serat dan benang sutera umumnya masih impor. Dari sisi pemasaran, adalah tantangan dari negara pesaing yang semakin meluas antara lain dari Malaysia, Thailand, Singapura, Vietnam, Afrika Selatan dan Polandia. Segi pemasaran batik Indonesia juga belum fokus untuk mengangkat batik Indonesia sebagai high fashion dunia.
2.  Pengaruh masyarakat terhadap batik sesudah batik menjadi budaya internasional
Dewasa ini penggunaan batik makin beragam. Pasar ekspor batik mencapai 125 juta dollar AS per tahun. Sekitar dua juta orang bergantung pada usaha batik, mulai pedagang kecil dan menengah serta pemasok kebutuhan batik beserta keluarganya. Seluruh pihak yang terkait dengan batik telah memahami dan sepakat untuk memperjuangkan agar batik Indonesia dapat diakui oleh Unesco. Mereka berharap, dengan telah diakuinya batik oleh Unesco, pasar (dan industri) batik akan menjadi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
3. Industri Batik dan Sumbangsihnya terhadap Perekonomian Nasional
Seolah jendela dunia bisnis terbuka lebar ketika pada 2 Oktober 2009 lalu, UNESCO mendeklarasikan batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia. Sejatinya, inilah tantangan bagi kita untuk mengangkat batik sebagai salah satu pilar ekonomi rakyat. Deklarasi itu ternyata mampu membangkitkan spirit berbatik ria di masyarakat Indonesia. Kabarnya, penjualan batik di sejumlah gerai batik laku keras alias laris manis. Inilah euforia batik. Dengan bahasa lebih bening, euforia batik bakal lebih mendatangkan aura positif bagi pertumbuhan dan pengembangan perekonomian nasional.
4. Bagaimana kinerja ekspor batik nasional? Mari kita lihat realisasi ekspor batik Indonesia selama lima tahun terakhir.
Tabel 1: Nilai Ekspor Batik Nasional 2004-2009
Tahun Nilai Ekspor Batik Nasional
2004  : US$ 34,41 juta
2005  : US$ 12,46 juta
  2006 :  US$ 14,27 juta
2007 :   US$ 20,89 juta
2008 :   USS 32,28 juta
Triwulan I 2009 : US$ 10,86 juta
Sumber: Suara Pembaruan, 3 Oktober 2009.
Realisasi ekspor hingga semester 1 tahun 2009 baru mencapai US$ 10,86 juta. Artinya, baru mencapai 33,64% dibandingkan dengan kinerja ekspor pada 2008. Banyak yang berharap, euforia batik bakal mampu mengerek kinerja ekspor batik nasional. Sehingga pada gilirannya akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan menyerap tenaga kerja. Pemerintah menargetkan ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)  termasuk di dalamnya batik  mencapai sekitar US$11,8 miliar pada 2009. Itu sedikit meningkat dibanding proyeksi ekspor tahun 2008 sebesar US$11 miliar. . Itulah kelebihan batik dibandingkan dengan busana lainnya dan jas sekalipun, dan itu harus kita pertahankan. Apalagi jika dibandingkan dengan batik dari negara lain, ternyata batik Indonesia itu menang motif. Memang ada orang yang mengatakan bahwa yang mendisain batik Indonesia yang pertama itu adalah orang-orang China, tetapi kalau kita melihat sejarah budaya dengan cerita dan tahun-tahun yang terjadi pada abad-abad sebelum ini, awal-awalnya itu memang kelihatan sekali corak desain Chinanya, dan itu bisa kita temui seperti di Semarang dan di daerah-daerah utara. Di daerah perkotaan terkadang masih kita jumpai ada orang yang membuat batik, tetapi batiknya berbeda dengan batik orang-orang yang ada di Yogya, Solo ataupun Pekalongan. Jadi saya yakin bahwa motif-motif itu akan menjadi kekuatan kita dan dengan begitu kita bisa katakan bahwa batik ini adalah yang teralkulturisasi dengan China dan ini adalah batik kita yang original. Batik itu dicintai oleh segenap lapisan masyarakat, dan saya yakin batik akan memiliki tempat tersendiri dihati masyarakat Indonesia. Rasa kecintaan itu akan tumbuh dengan sendirinya, mungkin awal-awalnya memang harus didorong, tetapi saya optimis bahwa batik akan dicintai dengan sepenuh hati. Jadi tanpa kegiatan apapun, batik akan tetap menjadi sesuatu yang dicintai oleh segenap bangsa Indonesia




PENUTUP

Kesimpulan
Batik merupakan produk budaya Indonesia yang sangat unik dan merupakan kekayaan budaya yang harus dilestarikan dan dibudidayakan. Batik juga merupakan salah satu solusi potensial untuk mendongkrak devisa negara melalui revitalisasi industri kecil dan menengah. Hingga kini busana batik digunakan sebagai pakaian yang sangat eksotisatik. Batik telah ada sejak zaman kerajaan Majapahit dan kemudian memperluas tepat di masa kerajaan Mataran, Solo, dan Yogyakarta. Kain batik merupakan kain universal yang terdapat di berbagai negara, walaupun begitu, dunia mengakui bahwa batik berkembang pesat di Indonesia. Batik Indonesia diakui oleh dunia sebagai batik yang betul-betul sempurna keindahannya, baik mengenai desain maupun proses pembuatannya. Namun sepertinya baju Batik yang merupakan produk peradaban dan kebudayaan Nusantara kita sedang hampir mengalami kecolongan. Seni Batik kurang terperhatikan untuk diberdayakan sebagai sumber devisa yang sangat potensial. Jika kondisi ini kita relakan berjalan dengan apa adanya, maka bisa diprediksikan negara kita akan mengalami kerugian yang sangat memprihatinkan. Kerugian tersebut tidak hanya dari segi materi yang mana bisa kita daya gunakan untuk mendongkrak devisa negara melalui sektor pariwisata maupun ekspor-impor. melainkan juga kerugian dari segi keotentikannya sebagai produk peradaban bangsa Indonesia akan terancam semakin samar di mata dunia internasioanal dan lama kelamaan akan luntur ditelan zaman.
Saran
Cinta dan penggunaan terhadap produk batik dalam negeri memiliki banyak sisi positif sehingga patut dilakukan. Disarankan pula agar tidak membeli dan menggunakan produk dalam negeri begitu saja, akan lebih baik bila disertai pula dengan rasa cinta tanah air sehingga dapat menjadi sikap nasionalisme yang baik. Dengan demikian semoga kedepannya kita lebih mengenal dan mencintai budaya nasional warisan leluhur kita khususnya batik dalam semua kekreatifan kita dalam semua aktifitas yang kita lakukan agar dapat menjaganya dan berharap supaya masyarakat bisa memahaminya dan terus mempertahankan kesenian ini. Agar kita selalu memilki kesenian yang telah dimilki Indonesia sejak dulu.

Kata Motivasi

‘’Cintai produk dalam negri karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai kekayaan pahlawan nya dan mari kita jadikan batik itu sebagai identitas bangsa dan bagi kita para kaum generasi muda kita harus melestarikannya.

Komentar